Gabut dan Kabut

Gabut dan Kabut
Oleh : Qomariah (qof)

Jikalau hanya gabut yang meliputiku
Tak apa
Aku bisa membunuh waktu dengan berselancar di lini masa si doi
Senyum-senyum sendiri
Lalu perlahan menyadari
Dia sudah ada yang punya
Maka aku pun mengusir kecewa
Dengan menikmati setiap hembus nafas
Menyelami udara
Memilah oksigen dan karbondioksida
Menghitung detak yang memakan detik

Tapi kalau kabut yang meliputi
Aku bisa apa
Masker hijau menutupi ketampanannya di swafoto yang ia unggah
Kelabu kabut mewarnai layar gawai membuatku tersesat dalam perselancaran
Dari lini masa si doi ke lini masa si mantan

Kabut bak petuah
Liburan kata anak sekolah
Tapi bagiku kabut hanya mengurungku di rumah

Jika gabut mendesakku
Lakukan sesuatu untuk membunuh waktu
Maka kabut menyesakkanku, mendesak waktu membunuhku


Oktober 2019
.
.
Terima kasih kepada siapa pun kamu yang sengaja maupun tidak telah membaca puisi ini. Sekadar informasi, postingan ini direvisi guna menghindari kesalahpahaman. Sebagai penulis, saya takut menyebarkan pesan yang bertentangan dengan prinsip yang saya pegang. Di sini yang saya maksud adalah mengenai 'doi' dan 'mantan'. Jujur, 19 tahun saya hidup, saya tidak pernah pacaran. Puisi tersebut saya tulis menggunakan perspektif kebanyakan remaja sekarang.

Tujuan saya menggunakan perspektif tersebut bukan untuk membenarkan melainkan sebagai bentuk teguran. Dalam puisi ini saya mencoba menggambarkan dampak kabut pada psikis mereka yang tertimpa. Dampak tersebut bukan tidak mungkin berwujud 'stress'. Maka saya pun menggunakan perspektif di atas sebagai representasi dari stress.

(Ya, semoga Anda paham lah, ya. Hihi)

Comments

Popular Posts